YOGYAKARTA – Era digital membawa dua mata pisau bagi anak berkebutuhan khusus: peluang kemandirian yang luas atau risiko dampak negatif teknologi. Menyadari hal tersebut, SLB Negeri 2 Yogyakarta mengirimkan perwakilannya, Bapak Agus Tri Yuniawan, untuk mengikuti "Pelatihan Keterampilan Digital bagi Guru SLB DIY, Mahasiswa Disabilitas, dan Pelaku UMKM". Kegiatan strategis ini diselenggarakan oleh Pusat Layanan Disabilitas (PsLD) UNY bekerjasama dengan Telkom Indonesia pada 12-13 Desember 2025 di Hotel New Saphir Yogyakarta.
Visi Besar: Kompetensi untuk Melindungi dan Memberdayakan
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Direktur Direktorat Kemahasiswaan dan Alumni UNY, Prof. Dr. Guntur, M.Pd. Dalam sambutannya, beliau membawa kabar gembira mengenai inklusivitas kampus dengan hadirnya Student Center, sebuah ruang unit kegiatan yang ramah dan dapat diakses sepenuhnya oleh mahasiswa disabilitas. Turut hadir pula Ibu Tasya sebagai perwakilan dari Telkom Indonesia yang mendukung penuh acara ini.
Namun, pesan paling mendalam bagi para pendidik disampaikan oleh Ketua PsLD UNY, Prof. Dr. Ishartiwi, M.Pd. Beliau menekankan bahwa tujuan utama pelatihan ini bukan sekadar gaya-gayaan menggunakan teknologi. "Guru harus mampu mengajarkan TIK kepada murid berkebutuhan khusus agar mereka memiliki 'imunitas'. Tujuannya agar siswa terhindar dari terperosok dalam dampak buruk pemanfaatan teknologi digital," ungkapnya.
Pada hari pertama, peserta mendapatkan materi padat dari Bapak Ikhsan, dosen UNY yang juga seorang praktisi digital preneur di bidang fotografi dan pemasaran fashion. Beliau memperkenalkan pemanfaatan Canva AI untuk media pembelajaran. Poin menarik yang beliau sampaikan adalah bahwa kecerdasan buatan (AI) tidak akan menggantikan peran manusia. "AI fungsinya adalah untuk men-trigger atau memancing kreativitas kita, bukan menggantikannya," tegasnya. Sesi ini juga diperkaya dengan sharing session inspiratif dari pelaku usaha UMKM disabilitas yang sukses memanfaatkan platform digital.
Meluruskan Miskonsepsi: Mengajar TIK vs Mengajar dengan TIK
Puncak pemahaman peserta terjadi pada hari kedua saat presentasi rencana aksi. Perwakilan guru seperti Ibu Eni (SLBN 2 Gunungkidul) dan Ibu Nurohma (SLBN 2 Bantul), serta perwakilan mahasiswa Muis Dela, memaparkan rancangan mereka.
Di akhir sesi, Bapak Rendy Roos Handoyo, M.Pd., memberikan penguatan yang sangat krusial. Beliau meluruskan bahwa target pelatihan bagi guru adalah menyusun perencanaan untuk mengajarkan keterampilan TIK kepada siswa, bukan sekadar penerapan mengajar di kelas menggunakan alat TIK. Harapannya, siswa memiliki skill teknis yang mumpuni sekaligus pemahaman etika digital, sehingga gawai yang mereka pegang menjadi alat produktif, bukan destruktif.
Rencana Tindak Lanjut di SLB Negeri 2 Yogyakarta
Bagi SLB Negeri 2 Yogyakarta, ilmu yang didapat dari pelatihan ini akan segera dieksekusi. Guru PAI SLBN 2 Yogyakarta, Bapak Agus Tri Yuniawan, siap mengimplementasikan rencana aksi tersebut di sekolah. Fokus utamanya adalah membekali siswa dengan keterampilan operasional TIK yang dibarengi dengan penanaman nilai tanggung jawab digital.
Manfaat kegiatan ini turut dirasakan oleh peserta lain. Rizki, salah satu peserta, mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat membuka wawasan dan menguatkan rasa tanggung jawab guru untuk mengarahkan siswa agar terhindar dari dampak buruk teknologi. Hal senada juga disampaikan oleh peserta bernama Siti Alpiyah.
Kegiatan ditutup dengan foto bersama dan apresiasi mendalam kepada Telkom Indonesia. Kolaborasi ini membuktikan bahwa sinergi antara akademisi, korporasi, dan praktisi pendidikan adalah kunci untuk mewujudkan ekosistem digital yang inklusif dan aman bagi seluruh anak bangsa.
Oleh: Tim Humas SLB Negeri 2 Yogyakarta
.png)


