AMBARAWA – Kegiatan Wajib Kunjung Museum (WKM) pada Kamis, 20 November 2025, menjadi momen istimewa bagi para siswa untuk memindahkan ruang belajarnya ke Museum Kereta Api Ambarawa. Semangat kemandirian sudah terpancar kuat bahkan sebelum keberangkatan. Sebuah momen kecil namun bermakna terjadi saat Alle, salah satu siswa, membuat rombongan menunggu sejenak karena ia bersikeras melipat bajunya sendiri dengan rapi untuk dibawa. Kejadian ini justru menjadi pembuka yang manis, menunjukkan bahwa benih karakter mandiri dan tanggung jawab sedang tumbuh subur dalam diri siswa. Tepat pukul 06.47, rombongan yang terdiri dari Bus 1, 2, dan Elf bertolak membawa semangat belajar yang tinggi.
![]() |
| Murid mengeksplorasi bagian-bagian lokomotif |
Setibanya di lokasi, para siswa langsung diajak menyelami lorong waktu menuju tahun 1907 di Stasiun Willem I. Pemandu museum, Bapak Wahid, tidak sekadar menjelaskan benda mati. Beliau juga menanamkan nilai filosofis yang dalam. Ia berpesan kepada para murid untuk merawat ingatan masa lalu, sebab sejarah adalah estafet kemajuan yang dialami dalam kehidupan manusia. Pesan ini mengiringi langkah siswa saat menyentuh fisik lokomotif uap dan mengamati mekanisme mesin pemutar (turntable). Literasi siswa pun terasah secara alami saat mereka antusias membaca berbagai rambu dan kode gerbong. Di sela-sela eksplorasi, penanaman nilai spiritual tetap berjalan dengan memberikan kesempatan bagi siswa muslim untuk menunaikan salat di musala peron.
![]() |
| Murid menyimak penjelasan pemandu |
Imajinasi dan kegembiraan siswa semakin hidup ketika mereka diberi ruang berekspresi, mulai dari bermain peran (cosplay) menjadi masinis hingga petugas tiket. Kegembiraan ini dirasakan betul oleh Maulana, salah satu perwakilan murid, yang mengungkapkan rasa senangnya karena kini ia dapat mengerti tentang asal mula terjadinya kereta api. Perjalanan pulang kemudian menjadi sesi refleksi yang mendalam tentang transformasi teknologi, dari mesin uap hingga kemudahan tiket daring. Muara dari seluruh kegiatan ini, sebagaimana disampaikan oleh Kepala Sekolah Ibu Dyah Sulistyawati, adalah untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air. Dengan memahami sejarah dan mensyukuri kemajuan teknologi sebagai anugerah Tuhan, para siswa diharapkan semakin bangga dan mencintai bangsanya.
Oleh: Tim Humas SLB Negeri 2 Yogyakarta
.png)


