Dalam rangka meningkatkan wawasan dan mencari metode terapi inovatif bagi peserta didik, dua guru dari SLB Negeri 2 Yogyakarta, Ibu Andriyatni, S.Pd., dan Ibu Siwiyanti, S.Pd., mengikuti kegiatan "International Workshop on Equine-Assisted Activities for Persons with Disabilities". Acara yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Gender, Anak, Lansia dan Disabilitas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini berlangsung di Ruang Amphiteater Gedung Ibrahim UMY pada hari Sabtu, 12 Juli 2025. Beliau berdua hadir bersama sekitar 100 tamu undangan lain yang terdiri dari akademisi, praktisi, serta perwakilan dari berbagai SLB dan organisasi pemerhati disabilitas di DIY.
Workshop ini secara mendalam membahas tentang terapi berkuda (Equine-Assisted Activities), sebuah pendekatan inovatif yang terbukti memberikan manfaat fisik, psikologis, dan sosial bagi penyandang disabilitas. Meskipun metode ini telah berkembang di negara maju seperti Jepang, di Indonesia pendekatannya masih tergolong baru. Oleh karena itu, workshop ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mendalami praktik terbaik dari para ahli, baik dari luar maupun dalam negeri, untuk menginspirasi penerapannya di Indonesia.
Para peserta mendapatkan pemahaman komprehensif mengenai bagaimana karakteristik unik pada anak-anak penyandang disabilitas dapat diatasi melalui interaksi dengan kuda. Salah satu narasumber, Bapak Sriyono, seorang praktisi terapi dari Kendal, menjelaskan tahapan terapi secara runut. Prosesnya dimulai dengan pendekatan personal, di mana anak diajak mendekat ke kandang, bercakap-cakap dengan kuda, dan bermain di sekitarnya. Tahap selanjutnya adalah membangun ikatan dengan menyentuh dan mengelus kuda, hingga akhirnya anak merasa cukup nyaman untuk mencoba menunggang kuda dengan didampingi penuh oleh terapis. Terapi ini diyakini dapat diterapkan untuk semua jenis disabilitas.
Salah satu sesi paling inspiratif adalah pemaparan dari praktisi Bapak Sriyono dan dr. Achmad Berlian Yusuf. Bapak Sriyono berbagi pengalamannya yang berawal dari hobi berkuda, kemudian menemukan bahwa Jepang telah lama memanfaatkan terapi ini bahkan menjadikannya mata kuliah di universitas. Hal ini mendorongnya untuk belajar langsung ke Jepang dan kini telah aktif memberikan terapi berkuda untuk anak-anak disabilitas di Kendal. Sementara itu, dr. Berlian Yusuf, yang mengembangkan terapi serupa di Batang, menambahkan bahwa dasar terapi ini juga dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam Al-Quran.
Keikutsertaan guru SLB Negeri 2 Yogyakarta dalam workshop internasional ini merupakan wujud komitmen sekolah untuk terus belajar dan berinovasi. Pengetahuan yang diperoleh diharapkan dapat membuka cakrawala baru dalam memberikan layanan terapi yang holistik dan efektif, demi mendukung perkembangan optimal setiap peserta didik di sekolah. (yun)