NqN5LWB7MGx5MWRcLGx5NGFcLDcsynIkynwbzD1c

Budaya Bermain Dolanan Tradisional untuk Siswa Tunagrahita

BLANTERLANDINGv101
2388665784219781519

Budaya Bermain Dolanan Tradisional untuk Siswa Tunagrahita

Senin, 16 Oktober 2023

 

Budaya bermain dolanan tradisional, telah menjadi bagian integral dari budaya  Indonesia. Dolanan ini bukan hanya sarana hiburan tetapi juga sarana pendidikan yang memiliki nilai-nilai sosial, dan kreativitas. Penggunaan dolanan tradisional dalam pembelajaran siswa tunagrahita dapat dianggap sebagai inovasi dalam pendidikan. Hal ini dapat membantu siswa dalam pengembangan keterampilan sosial, motorik dan kognitif.

Dalam upaya meningkatkan keterampilan sosial, motorik, komunikasi, dan perkembangan kognitif siswa tunagrahita di SLB Negeri 2 Yogyakarta, digunakan budaya bermain dolanan tradisional sebagai alat inovatif. Ini merupakan langkah inovatif dalam pendidikan, menghadapi berbagai tantangan, seperti siswa yang lebih suka bermain smartphone, kurang bermain dalam kelompok, dan keterbatasan lingkungan sekolah.

Tahapan operasionalnya sebagai berikut:

  1. Pemilihan dolanan tradisional yang sesuai dengan kondisi siswa, seperti dakon, bekelan, dan engklek.
  2. Memasukkan permainan tradisional ke dalam program projek kearifan lokal.
  3. Modifikasi permainan sesuai dengan kemampuan motorik siswa.
  4. Menyediakan pojok bermain dengan alat permainan tradisional di berbagai area sekolah.
  5. Melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran dan memberikan pemahaman tentang nilai-nilai yang ditanamkan melalui dolanan tradisional.
  6. Memberikan penghargaan atau apresiasi kepada siswa untuk pencapaian mereka dalam menggunakan dolanan tradisional.
  7. Terus mengevaluasi program ini dan lakukan perbaikan berkelanjutan berdasarkan umpan balik dari guru, siswa, dan orang tua. Selain itu, sebarkan informasi tentang permainan dolanan tradisional di media sosial sekolah.
  8. Dengan dukungan dan kerjasama dari pendidik, orang tua, dan masyarakat, budaya bermain dapat menjadi alat inovatif yang efektif dalam pembelajaran dan perkembangan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Hasilnya, siswa lebih antusias dalam bermain dolanan tradisional baik di sekolah maupun di rumah. Sebelum mengenal budaya bermain dolanan tradisional, siswa lebih suka bermain smartphone sendirian, sementara setelah mengenalnya, mereka aktif bermain dalam kelompok, bahkan dakon digunakan sebagai media pembelajaran.

Autor : Sunarminingsih, S. Pd.





BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang